LOURDES (Madu Dari Gunung Batu)
Judul buku : LOURDES (Madu Dari Gunung Batu)
Penulis : Ercole Brocchieri
Penerjemah: P. Vinio Corda, SX
Ada salah satu bab yang cukup menarik perhatian saya sebagai pembaca, yaitu di bab 8 dengan judul "LILIN"
Bab ini dibuka dengan suasana yang tenang dan penuh devosi, saat Bernadette Soubirous, seorang gadis sederhana dari Lourdes, secara spontan membawa lilin bersama para peziarah yang mengikutinya menuju gua penampakan Bunda Maria. Setiap kali mereka datang ke gua, lilin menyala di tangan mereka, bukan hanya sebagai sumber cahaya di tengah kegelapan, tetapi sebagai simbol iman yang menyala di dalam hati mereka. Tangan yang memegang lilin itu juga melindunginya dari angin pegunungan Pireney, suatu tindakan sederhana namun penuh makna: menjaga iman dari padam oleh gangguan dunia.
Kisah kemudian beralih ke peristiwa luar biasa yang terjadi pada Rabu Paska, 7 April 1858 — penampakan ke-17 Bunda Maria kepada Bernadette. Pada hari suci tersebut, umat Lourdes tengah merayakan Paskah dan Ekaristi. Dalam suasana kudus itu, Bernadette terlihat tenggelam dalam doa, dengan rosario di tangan kiri dan lilin menyala di tangan kanan. Dalam kondisi ekstase rohani yang begitu dalam, nyala lilin merayap hingga menjilat jari-jarinya. Namun secara ajaib, Bernadette tidak merasakan sakit ataupun terluka. Nyala api itu, yang dalam kondisi normal bisa membakar kulit, justru menjadi saksi mukjizat bahwa sesuatu yang suci dapat melampaui hukum alam.
Peristiwa ini tidak hanya disaksikan oleh umat, tetapi juga oleh seorang dokter bernama Dozous, yang awalnya skeptis dan ingin membuktikan kebenaran dengan pengamatan ilmiah. Ia mendekati Bernadette dan memastikan secara langsung bahwa kulit gadis itu tidak terbakar. Saat Bernadette kembali sadar, ia juga tidak merasakan efek apapun dari lilin tersebut. Peristiwa ini menjadi salah satu bukti nyata dari kehadiran kuasa ilahi dalam kehidupan manusia biasa.
Selanjutnya, bab ini menggali lebih dalam makna simbolik lilin dalam Kitab Suci dan ajaran Gereja. Lilin melambangkan terang — sebuah konsep yang sangat kuat dalam tradisi Yahudi dan Kristen. Dalam pembaptisan, lilin digunakan untuk menyimbolkan terang Kristus yang masuk ke dalam kehidupan seorang anak Allah. “Terang dunia” adalah panggilan bagi setiap orang yang telah dibaptis untuk membawa cahaya kebenaran, harapan, dan kasih ke dalam dunia yang penuh kegelapan, dosa, dan keputusasaan.
Ayat Kitab Suci dari Matius 5:15 pun dikutip: “Orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian, sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu.” Ini menegaskan bahwa iman bukanlah sesuatu yang disembunyikan, melainkan ditampilkan dalam tindakan nyata, agar menjadi terang bagi orang lain.
Tradisi menyalakan lilin di Lourdes berlanjut hingga sekarang. Para peziarah datang, membawa lilin, dan meninggalkannya menyala di depan gua. Ini bukan sekadar ritual, tetapi sebuah pernyataan iman, harapan, dan komitmen spiritual. Saat mereka kembali ke rumah, lilin itu tetap menyala secara simbolik dalam hati mereka — sebagai pengingat untuk tetap menjadi terang di tengah keluarga, komunitas dan dunia.
Ada satu kalimat unik dan bermakna yang saya ambil dari bab ini yaitu "Setiap orang Kristen adalah terang dunia, karena Kristus sendiri adalah ‘terang dunia"
Arti dari kalimat itu sendiri adalah menggambarkan panggilan setiap individu beriman untuk menjadi pembawa terang, yaitu kebaikan, kasih, dan kebenaran di dunia. Sebagaimana Kristus menjadi terang yang menunjukkan jalan keselamatan, demikian pula setiap pengikut-Nya dipanggil untuk memancarkan cahaya itu lewat hidupnya.
Komentar
Posting Komentar